To Manurung
A.
To Manurung
To Manurung secara
bahasa berate “orang yang turun atau menitis (dari langit)”. Dalam masyarakat
Sulawesi Selatan, To Manurung diyakini sebagai manusia keturunan dewa yang
berasal dari Botinglangi (Kahyangan) yang menitis ke bumi. Asal usulnya
silsilahnya tentu saja tidak ada, karena dia hanya tiba-tiba menjelma dan hadir
di tengah-tengah masyarakat.
To Manurung juga
mempunyai kemampuan atau kesaktian yang di atas kemampuan rata-rata manusia.
Dan memiliki kebijaksanaan yang tinggi.
Kedatangan To Manurung
biasanya diawali dengan terjadinya zaman kekacauan atau zaman kegelapan, yaitu
zaman dimana biasanya terjadi perang saudara yang berkepanjangan, keadaan
masyarakat yang kacau dan berlakunya hokum rimba dimana yang kuat cenderung
menindas yang lemah. Keadaan ini berlangsung selama bertahun-tahun yang dalam
Kitab Lontara di istilahkan zaman “Sianre Bale” yang artinya zaman dimana
manusia itu laksana ikan di laut yang saling makan memakan.
Di Sulaweis Selatan
zaman “Sianre bale” itu berlangsung sekitar pertengahan abad XV. Yaitu dimulai
sejak menghilangnya keturunan terakhir Sawerigading yang bernama La Tenritatta
Pajung MasagalaE. Sawerigading sendiri adalah seorang To Manurung juga.
Zaman “Sianre Bale” ini
berlangsung selama 7 generasi dan berakhir dengan datangnya To Manurung de
berbagai tempat. To Manurung inilah yang kemudian menata kehidupan masyarakat
di daerah-daerah tempat kedatangannya.