Raja Gowa II
Raja Gowa II
Tumassalangga Baraya
Hasil perkawinan antara Putri
Ratu Tumanurung
dengan Karaeng Bayo telah membuahkan seorang putra bernama Tumasalangga Baraya
(ng). Nama Tumassalangga
Baraya yang diberikan pada putranya ini karena sesuai dengan kondisi
bandannya. Bahunya tidak rata, yakni yang satu diatas dan yang satu lagi
dibawah. Telinganya yang sebelah berbenjol sedang yang sebelah lagi berbentuk
lebar, telapak kakinya salama panjang kemuka dan kebelakang, pusarnya besar
seperti bakul Raja (bakuk Karaeng).
Mengapa anaknya Tumassalangga Baraya
memiliki badan seperti itu. Ternyata, beberapa anggota badannya punya
keistimewaan. Bahunya miring, telinganya seperti bukit yang melambai-lambai,
rambut yang putus di Jawa dapat didengarnya, Kerbau putih mati di Selayar dapat
tercium olehnya, Burung Merpati yang ada di Bantaeng dapat dilihatnya; pandai
menikam. Siapa yang menyembah kepadanya bertahil-tahil emasnya (akan jadi
kaya), siapa yang menyembah, dia akan dimohonkan berkat keselamatan; siapa yang
menyembah dia akan menjadi rakyatnya.
Setelah Tumassalangga Baraya
dewasa, maka pada suatu hari Putri Ratu Tu Manurunga membelah dua tokoh
Kerajaan yang ada padanya. Yang sebelah disimpan untuk putranya dan sebelah
lainnya untuk dirinya sendiri. Sesudah itu, Baginda kemudian masuk ke dalam
biliknya dan di sanalah Baginda mairat atau raib ke Negeri Kayangan.
Adapun belahan dokoh Kerajaan
yang tersimpan untuk Tumassalangga
Baraya dinamai “Tunisamanga“. Karaeng Bayo dan Lakipadada yang
masing-masing dalam keadaan mairat dengan meninggalkan Klewannya masing-masing
diperuntukkan untuk Tumassalangga Baraya.
Tanru Ballanga, Sudanga dan
Tunisamanga adalah menjadi milik Kalompoang (kebesaran dari Kerajaan Gowa)
sejakzaman purba hingga zaman sekarang masih tersimpan di Museum Balla Lompoa.
Raja Gowa Tumassalangga Baraya
ini tidak diketahui siapa istrinya. Namun berdasarkan silsilah Raja-raja Gowa
dapat diketahui bahwa Tumassalangga Baraya memiliki seorang anak bernama I
Puang Loe Lembang yang kelak menggantikannya sebagai Raja Gowa
ketiga.
Tumassalangga Baraya
yang memerintah pada tahun 1345-1370. Hingga akhir masa jabatannya, dikabarkan
Tumassalangga Baraya berangkat menuju ke utara di sebelah Bukit yangada di
perkampungan Jongoa (mungkin Jonggo). Setelah duduk di bukit itu, terdengarlah
suara halilintar dan hujan turun di hari panas terik. Bersamaan dengan itu pula
Tumassalangga
Baraya lengap dari pandangan masyarakatnya.