Raja Gowa VIII
Raja Gowa VIII
I Pakere’ Tau
Hasil perkawinan Raja Gowa VII Batara
Gowa dengan putri dari Sombayya ri Garassaik atau yang lebih tersohor
dengan julukan Yang Dipertuan di Garassik, membuahkan tiga orang anak
yakni yang sulung bernama I Pakere’ Tau,
adiknya bernama Karaeng Garassik dan seorang lagi perempuan bernama Karaenga ri
Bone.
Sebagaimana biasanya, Raja
mewariskan tahtanya pada Putra Sulungnya. Apalagi I Pakere’ Tau terkenal
sebagai seorang pemberani. Nama I Pakere’ Tau yang berarti “Penjagal manusia”.
Kondisi demikian, Batara Gowa mewariskan tahtanya pada I Pakere’ Tau.
Disamping itu, Raja Batara Gowa
juga kawin dengan I Rerasi putri Bangsawan dari
Tallo. Hasil perkawinannya inilah membuahkan seorang anak bernama Daeng Matanre
yang kelak menjadi Raja Gowa kesembilan.
Setelah Raja Batara Gowa wafat,
beliau kemudian digantikan oleh putranya I Pakere’ Tau yang menjadi Raja Gowa
ke-VIII. I Pakere’ Tau memegang tahta di Kerajaan Gowa pada tahun 1460 – 1510.
Raja Gowa I Pakere’ Tau yang terkenal keberaniannya, kebal dengan senjata tajam.
Diperkirakan ia memerintah secara
lalim dan sering bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya.
Merasa dilalimi, rakyatpun
melakukan pemberontakan. Namun sebelum pemberontakan, rakyat memasang strategi,
bahwa Raja I
Pakere’ Tau tak mungkin bisa dibunuh dengan senjata tajam, rahasinya
adalah, ia dapat ditaklukkan dengan sebilah galah yang oleh orang Makassar
disebut Passukki. Pemberontakan rakyat Gowa terhadap rajanya dengan menggunakan
passukki membuat Raja I Pakere’ Tau
menemui ajalnya. Itulah sebabnya beliau mendapat gelar anumerta “Tunijallo ri Passukki” yang artinya
baginda mati karena diamuk oleh passukki oleh budaknya.