Pangeran Makassar di Prancis
Pangeran Makassar di Prancis
Sebagai pengingat bagaimana Tallu Cappa itu melekat pada manusia Makassar, kisah heroik tentang seorang Pangeran Makassar bernama I Yandulu Daeng Mangalle adalah salah satu tauladan yang melegenda.
Sebagai salah satu putra dari Sultan Hasanuddin, yang setelah dikalahkan Belanda dan tidak setuju ditandatanganinya Perjanjian Bungaya oleh ayahandanya, Daeng Mangalle pergi ke Siam dan meminta suaka kepada Raja Siam (sekarang Thailand). Permintaan suaka tersebut dikabulkan oleh Raja Narai. Bukan hanya diberi suaka, Daeng Mangalle (Lidah Perancis menyebutnya Daen Ma-Alee) beserta para pengikutnya diberikan tempat di ibukota raja yang kelak dikenal sebagai Makkasan.
Namun terjadi konfrontasi politik perebutan kekuasan antar bangsawan Raja Siam ketika itu, yang melibatkan Daeng Mangalle. Singkat cerita, peperangan dahsyat terjadi. Pasukan Makassar yang dipimpin Daeng Mangalle tidak bersedia meminta ampun pada Siam, sehingga ia dan ratusan pengikutnya dihancurkan oleh pasukan Raja. Meskipun tumpas, karena jumlah mereka jauh lebih sedikit ternyata dapat membuat repot ribuan pasukan Siam dan sekutunya Perancis.
Daeng Mangalle gugur. Seorang pendeta Perancis mengabadikan gugurnya Daeng Mangalle bersama prajurit Makassar dalam sebuah catatannya. Menurut sang pendeta keberanian tentara Makassar hampir-hampir tidak masuk di akal.
Pendeta itu menulis, seumur hidupnya, baru pertama kali menyaksikan keberanian manusia yang dikenal sebagai prajurit Makassar. Saat itu, seorang prajurit Makassar yang telah membunuh tujuh tentara Perancis, akhirnya berhasil dilumpuhkan dengan tembakan dan tikaman bayonet bertubi-tubi. Seorang tentara Perancis menendang-nendang kepala prajurit Makassar yang tengah menghadapi sekaratul maut itu. Tiba-tiba saja prajurit Makassar itu bangkit lalu membunuh tentara yang menendang-nendang kepalanya itu, kemudian dia pun mengembuskan nafasnya yang terakhir. “Tak ada alasan lain yang membuat prajurit itu mendapatkan kembali kekuatannya, selain karena mempertahankan harga diri dan keberanian,” tulis sang pendeta.
Kekaguman Raja Siam terhadap keberanian Daeng Mangalle, menjadikan dua putranya, yakni Daeng Tulolo dan Daeng Ruru, diampuni Raja Siam dan dibawa oleh Kapten tentara Perancis menghadap raja dan menetap di Perancis. Kedua pangeran Makassar itu dikirim ke sekolah akademi elit tentara di Perancis. Daeng Ruru kemudian berganti nama menjadi Louis Pierre de Macassart, sementara Daeng Tulolo menjadi Louis Dauphin. Mereka dibaptis tanggal 7 Maret 1687 oleh uskup kota Le Mans dengan ayah baptis Raja Louis. <joe>