Masjid Tua Katangka - Gowa
Masjid
Tua Katangka terletak di Desa Ketangka, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten
Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Masjid berbatasan dengan kompleks makam
Katangka dan perkampungan di sebelah selatan dan barat, Jalan Raya Syeh
Yusuf di sebelah utara, dan perkampungan dari sebelah barat. Mesjid Tua
Katangka disebut juga Masjid Agung Syeh Yusuf merupakan mesjid pertama
dan tertua di Pulau Sulawesi dan di wilayah waktu Indonesia bagian
tengah, sekaligus masjid tertua ke sembilan di Indonesia.
Deskripsi Bangunan
Masjid
Katangka dibangun di atas areal seluas 610 m², luas bangunannya 212,7
m². Masjid menghadap timur dan memiliki halaman depan. Bangunan masjid
mempunyai serambi dan ruang utama. Serambi masjid terdapat di depan.
Dinding serambi luar berkerawang dari tembok. Pintu masuk ke serambi ada
dua buah masing-masing berdaun pintu dua. Di serambi utara (di luar)
terdapat tempat wudhu.
Dinding
pembatas antara serambi dan ruang utama terbuat dari tembok tertutup.
Pintunya tiga buah untuk menuju ke ruang utama. Dinding di sebelah
utara, selatan, dan barat berjendela masing-masing dua buah terdapat
tulisan Arab berbahasa Makassar. Ruangan utama masjid terdapat tiang dan
mihrab serta mimbar.
Mihrab
terdapat di dinding sebelah barat, berbentuk ceruk sehingga dinding
mihrab menjorok keluar terbuat dari tembok. Mimbar dalam masjid ini
terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian muka, tengah, dan bawah. Atap
masjid bertingkat tiga dari bahan genteng. Antara atap masjid tingkat
dua dan tiga (teratas) terdapat pemisah berupa ruangan berdinding
tembok. Di puncak masjid terdapat mustaka.
Sejarah
Masjid
Katangka disebut juga Masjid Agung Syekh Yusuf merupakan masjid tertua
di Gowa dan dibangun pada masa pemerintahan raja Gowa XIV ( Sultan
Alaudin I) tahun 1603. Penamaan masjid ini diambil dari nama seorang
syufi yang kharismatik yang dipuja masyarakat Sulawesi Selatan. Syufi
tersebut adalah Syekh Yusuf al-Makassari yang merupakan kerabat raja
Gowa.
Pemerintah
Indonesia menetapkan Syekh Jusuf sebagai pahlawan nasional dan di
Afrika Selatan, ia mendapat tempat yang sangat istimewa di hati rakyat
sebagai pahlawan pembebasan kaum tertindas dan juga dianugerahi gelar
pahlawan nasional di negara itu.
Sumber : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Masjid Kuno Indonesia. Jakarta: Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat