Sisa Peninggalan Dan Kompleks Makam Kerajaan Kembar Gowa-Tallo Sulawesi Selatan
Sisa Peninggalan Dan Kompleks Makam Kerajaan Kembar Gowa-Tallo Sulawesi Selatan
Oleh : M. Irfan Mahmud
Batu Pelantikan Raja (Batu Pallantikang)
Batu Pelantikan Raja (Batu Pallantikang)
Batu petantikan raja (hatu pallantikang) terletak di sebelah tenggara kompleks makam Tamalate. Dahulu, setiap penguasa baru Gowa-Tallo di sumpah di atas batu ini (Wolhof dan Abdurrahim, tt : 67). Batu pallantikang sesungguhnya merupakan batu alami tanpa pem¬bentukan, terdiri dari satu batu andesit yang diapit 2 batu kapur. Batu andesit merupakan pusat pemujaan yang tetap disakralkan masyarakat sampai sekarang. Pe-mujaan penduduk terhadap ditandai dengan banyaknya sajian di atas batu ini. Mereka meyakini bahwa batu tersebut adalah batu dewa dari kayangan yang bertuah
Batu petantikan raja (hatu pallantikang) terletak di sebelah tenggara kompleks makam Tamalate. Dahulu, setiap penguasa baru Gowa-Tallo di sumpah di atas batu ini (Wolhof dan Abdurrahim, tt : 67). Batu pallantikang sesungguhnya merupakan batu alami tanpa pem¬bentukan, terdiri dari satu batu andesit yang diapit 2 batu kapur. Batu andesit merupakan pusat pemujaan yang tetap disakralkan masyarakat sampai sekarang. Pe-mujaan penduduk terhadap ditandai dengan banyaknya sajian di atas batu ini. Mereka meyakini bahwa batu tersebut adalah batu dewa dari kayangan yang bertuah.
Sumur Pendeta (Bungung Bissu)
Bangunan sumur ini terletak di sebelah timer Batu Tumanurung. Dahulu sumur ini hanya digunakan para pendeta (bissu-bissu). Sumur ini berukuran 4 x 4 meter Konstruksinya dan bahan batu bata, dengan teknik susun tanpa spesi.
Kompleks Makam Katangka
Kompleks ini terletak di sebelah utara bukit Tamalate, merupakan area pemakaman raja-raja Gowa dari masa yang lebih kemudian, dan raja-raja yang dimakamkan di kompleks makam Tamalate dan Bonto Biraeng. Pada kompleks ini terdapat bangunan makam kubah dan jirat biasa.
Jirat dan nisannya dominan terhuat dari ukiran kayu. Jirat kayu diukir, dengan pahatan hiasan untaian flora, meng¬gunakan warna menyolok, merah dan terutama kuning keemasan. Pada bagian kepala dan kaki jirat terdapat semacam gunungan yang dilengkapi dengan kaligrafi ayat-ayat suci Al-Qur'an dan identitas yang dimakamkan. Ragam hias beberapa kubah -memperlihatkan adanya pengaruh anasir Barat, terutama terlihat pada pintu masuk.
Kubah makam di kompleks ini berukuran lebih besar dari pada makam lain. Di dalam kubah terdapat sejumlah makam, mungkin dari satu keluarga terdekat. Makam¬-makam di dalam kubah diatur berjajar dua. Lantai kubah lebih tinggi 60-75 cm dari permukaan tanah atau dasar pintu masuk. Konstruksi demikian menyebabkan jirat dan nisan di dalam bangunan kubah tampak seperti di atas panggung. Di antara kubah-kubah terdapat Mesjid Katangka.
Batu petantikan raja (hatu pallantikang) terletak di sebelah tenggara kompleks makam Tamalate. Dahulu, setiap penguasa baru Gowa-Tallo di sumpah di atas batu ini (Wolhof dan Abdurrahim, tt : 67). Batu pallantikang sesungguhnya merupakan batu alami tanpa pem¬bentukan, terdiri dari satu batu andesit yang diapit 2 batu kapur. Batu andesit merupakan pusat pemujaan yang tetap disakralkan masyarakat sampai sekarang. Pe-mujaan penduduk terhadap ditandai dengan banyaknya sajian di atas batu ini. Mereka meyakini bahwa batu tersebut adalah batu dewa dari kayangan yang bertuah.
Sumur Pendeta (Bungung Bissu)
Bangunan sumur ini terletak di sebelah timer Batu Tumanurung. Dahulu sumur ini hanya digunakan para pendeta (bissu-bissu). Sumur ini berukuran 4 x 4 meter Konstruksinya dan bahan batu bata, dengan teknik susun tanpa spesi.
Kompleks Makam Katangka
Kompleks ini terletak di sebelah utara bukit Tamalate, merupakan area pemakaman raja-raja Gowa dari masa yang lebih kemudian, dan raja-raja yang dimakamkan di kompleks makam Tamalate dan Bonto Biraeng. Pada kompleks ini terdapat bangunan makam kubah dan jirat biasa.
Jirat dan nisannya dominan terhuat dari ukiran kayu. Jirat kayu diukir, dengan pahatan hiasan untaian flora, meng¬gunakan warna menyolok, merah dan terutama kuning keemasan. Pada bagian kepala dan kaki jirat terdapat semacam gunungan yang dilengkapi dengan kaligrafi ayat-ayat suci Al-Qur'an dan identitas yang dimakamkan. Ragam hias beberapa kubah -memperlihatkan adanya pengaruh anasir Barat, terutama terlihat pada pintu masuk.
Kubah makam di kompleks ini berukuran lebih besar dari pada makam lain. Di dalam kubah terdapat sejumlah makam, mungkin dari satu keluarga terdekat. Makam¬-makam di dalam kubah diatur berjajar dua. Lantai kubah lebih tinggi 60-75 cm dari permukaan tanah atau dasar pintu masuk. Konstruksi demikian menyebabkan jirat dan nisan di dalam bangunan kubah tampak seperti di atas panggung. Di antara kubah-kubah terdapat Mesjid Katangka.