HIKAYAT BENTENG KERAJAAN GOWA [3]
HIKAYAT BENTENG KERAJAAN GOWA [3]
Dua tulisan pertama sudah bercerita tentang hikayat benteng Kerajaan Gowa. Jumat lalu kita sudah bercerita dengan detail tentang 5 benteng kerajaan Gowa yaitu: Somba Opu, Tallo, Ujung Pandang, Barombong dan Panakkukang.
Minggu ini kita akan mencoba mencari tahu lebih detail tentang 5 benteng lainnya.
6. Benteng Garassi
Terletak di selatan benteng Somba Opu, kurang lebih 7 km dari kota Makassar. Tepatnya di kampung Garassi, kelurahan Benteng Somba Opu kecamatan Pallangga kabupaten Gowa. Letak astronomisnya adalah 05⁰11’55” Lintang Selatan dan 119⁰23’52” Bujur Timur dengan ketinggian 0-10 meter di atas permukaan laut.
Lokasi benteng ini dapat dicapai dengan mudah menggunakan kendaraan melalui aspal jalan poros Makassar-Barombong yang baru rampung sekitar tahun 2003.
Benteng Garassi adalah benteng terkecil kerajaan Gowa. Tidak pernah disebutkan dengan jelas kapan benteng ini dibangun. Namun nama Garassi disebut saat berkuasanya Raja Gowa XIV I Mangurangi Daeng Manrabia Sultan Alauddin (1593-1634). Dalam butir kesepakatan perjanjian Bungayya juga dijelaskan kalau benteng ini termasuk benteng yang harus dihancurkan.
Dalam literatur lain, Bulbeck (1992) menyebut benteng Garassi sebagai tempat yang nantinya menjadi ibukota kerajaan Gowa dan ibukota kerajaan Gowa yang sebenarnya adalah daerah benteng Garassi. Pernyataan lain yang disampaikan oleh Edward E Polinggoemang (2003) menyebut bahwa Garassi adalah sebuah kerajaan otonom yang besar sebelum pemindahan ibukota Gowa ke Somba Opu dan merupakan pelabuhan transit yang besar. Penamaan Garassi adalah penyebutan penduduk lokal untuk orang Gresik yang banyak berlabuh di sana waktu itu.
7. Benteng Kale Gowa
Terletak sekitar 5 km sebelah Selatan kota Makassar. Tepatnya di kelurahan Katangka, kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Letak astronomisnya: 5⁰11’32” Lintang Selatan dan 119⁰27’7” Bujur Timur dengan ketinggian sekitar 50 meter dari permukaan laut. Lokasi situs ini mudah dicapai dengan beragam kendaraan.
Menurut penduduk setempat, pembangunan jalan aspal yang menghubungkan kota Makassar dengan derah Tombolo kabupaten Gowa telah menghilangkan sebagian dari struktur benteng yang ada di bagian utara kompleks makam Sultan Hasanuddin. Saat ini benteng Kale Gowa sudah tidak dapat dilihat peninggalannya karena ramai dan padatnya pemukiman penduduk di daerah tersebut.
Benteng Kale Gowa lazim disebut benteng tua yang merupakan tinggalan areal pemukiman masa lalu. Benteng ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Gowa IX Tumapakrisika Kallongna, lazim juga disebut sebagai Taka’ Bassia dan dianggap sebagai zona inti kerajaan Gowa di masa lalu yang hanya dihuni oleh para bangsawan keturunan raja Gowa.
Benteng Kale Gowa ini monumental karena merupakan tempat bersemayamnya Tumanurung Bainea yang merupakan leluhur raja-raja Gowa. Dalam benteng terdapat batu tempat berpijaknya Tumanurung, setiap raja yang dinobatkan harus berpijak di batu ini pada acara penobatan yang dilangsungkan oleh Bate Salapang Kerajaan Gowa (Mattulada 1982, 12).
Dalam kompleks benteng Kale Gowa banyak banyak terdapat tinggalan arkeologis seperti batu pelantikan Raja-Raja Gowa yang berupa 3 buah batu andesit yang diapit dua batu kapur. Selain itu ada juga Bungung Barania (sumur keberanian) yang terletak di sebelah barat kompleks makam raja Gowa. Ada jugaBungung Bissu (sumur bissu) yang terletak tidak jauh dari sumur di atas.
Di dalam kompleks benteng Kale Gowa juga ada satu tempat yang oleh penduduk setempat disakralkan karena dianggap tempat bersemayamnya Tumanurung Bainea ri Taka’ Bassia. Saat ini sisa daerah benteng Kale Gowa dikenal sebagai kompleks makam raja Gowa atau kompleks makam Sultan Hasanuddin.
8. Benteng Ana Gowa
Terletak sekitar 8 km arah selatan kota Makassar, tepatnya di desa Bontoala kecamatan Pallangga kabupaten Gowa. Letak astronomisnya 5⁰12,1’31,11” Lintang Selatan dan 119⁰26’14,9” Bujur Timur dengan ketinggian 0-15 meter di atas permukaan laut.
Benteng Ana Gowa dibangun pada masa pemerintahan Raja Gowa XIV Sultan Alauddin. Denahnya berbentuk segi empat bujur sangkar dengan tinggi dinding 6 meter dan ketebalan 4,45 meter. Benteng ini dibangun dengan material batu bata yang ukurannya bervariasi. Teknik penyusunan batu bata tidak menggunakan perekat, hanya mengikuti kontur tanah.
Terdapat parit di bagian luar benteng yang memanjang dari selatan ke utara dengan kedalaman 1,5 meter. Pada keempat sudut benteng dilengkapi dengan penampil yang menonjol keluar. Diduga sebagai tempat pemasangan bendera dan pengintaian musuh.
9. Benteng Galesong
Letak pasti dari benteng Galesong sudah sulit untuk ditemukan karena tinggalan struktur sudah rata dengan tanah. Acuan untuk menentukan letak benteng ini hanya sebuah sumur yang oleh masyarakat sekitar disebut sebagai Bungung Barania. Konon sumur ini adalah tempat untuk memandikan para prajurit yang akan turun ke medan laga agar bertambah keberaniannya. Sumur ini sama dengan sumur yang terdapat di benteng Kale Gowa dan Sanrobone.
Secara administratif Bungung Barania masuk dalam wilayah Kampung Bayoa desa Galesong kecamatan Galesong Selatan kabupaten Takalar. Letak astronomisnya adalah 5⁰19’13,6” Lintang Selatan dan 119⁰22’16” Bujur Timur dengan ketinggian 0-5 meter di atas permukaan laut.
Kerajaan Galesong adalah kerajaan yang takluk pada masa pemerintahan Raja Gowa IX Karaeng Tumapakrisika Kallongna. Dalam pelaksanaan tata negara, beliau menetapkan Sanrobone, Galesong, Agangrionjok, Kahu dan Pakondong sebagai palili (kerajaan bawahan yang takluk dan berotonomi).
10. Benteng Sanrobone
Benteng Sanrobone terletak di desa Sanrobone kecamatan Mappa Sunggu kabupaten Takalar atau sekitar 40 km ke arah selatan kota Makasasr. Letak astronomisnya 5⁰26’43” Lintang Selatan dan 119⁰23’32” Bujur Timur dengan ketinggian 0-5 meter di atas permukaan laut.
Dari catatan lontaraq disebutkan bahwa dulunya Sanrobone adalah kerajaan mandiri yang kemudian ditaklukkan oleh Gowa di bawah pemerintahan raja Gowa IX Tumapakrisika Kallongna. Belakangan Sanrobone menjadi kerajaan sekutu dan ditingkatkan statusnya menjadi palili dengan diangkatnya Karaeng Panca Belong sebagai raja Sanrobone pertama dalam hegemoni Gowa.
Awal berdirinya Sanrobone sendiri sampai sekarang belum jelas karena memang tidak ditemukan literasi tentang itu. Tapi dari cerita turun temurun disebutkan bahwa nama Sanrobone lahir karena waktu itu seorang raja menderita sakit yang tidak bisa disembuhkan. Sang raja baru bisa disembuhkan oleh seorang dukun (sanro) dari Bone.
Benteng Sanrobone dibangun oleh Karaeng Panca Belong atas perintah dari raja Gowa IX. Di dalam benteng terdapat kompleks istana raja Sanrobone beserta keluarga dan petinggi kerajaan lainnya.
Demikianlah cerita detail tentang 10 benteng peninggalan kerajaan Gowa. Seperti telah disebutkan, total benteng yang dimiliki oleh kerajaan Gowa adalah 14 benteng, tapi 4 benteng selain yang disebut di atas sampai sekarang sudah tidak ditemukan lagi bekas-bekasnya. Hanya disebutkan bahwa benteng Mariso, Bontorannu dan Ujung Tanah berada di utara benteng Somba Opu dan dibangun oleh raja Gowa XVI Sultan Hasanuddin.
(tim @MksNolKm ; disarikan dari tulisan Muhammad Iqbal AM – Determinasi Lingkungan Dalam Penempatan Benteng-Benteng Kerajaan Gowa Tallo Abad XVI-XV ; Kepingan Mozaik Sejarah Budaya Sulawesi Selatan – Iwan Sumantri – Penerbit Ininnawa)