Sejarah Tallo



Karaeng Loe ri Bira, dikatakan bahwa beliaulah yang pertama kali mengangkat Karaeng di Tallo. Karaeng Loe ri Bira bersaudara sebanyak tujuh orang, dimana kesemuanya adalah laki-laki [1] Karaeng Loe ri Bira, kemudian [2] Karaeng Loe ri Bajeng, kemudian [3] Karaeng Loe ri Barasaq, [4] Karaeng Loe ri Katingang, [5] Karaeng Betang, [6] Karaeng Buluq Loe, dan [7] Dampang ri Parang Loe. Dampang ri Parang Loe disebut juga Matinroa ri Juruna Niawanga ri Parallakkenna (nama anumerta). Saat ini (pada waktu itu), Karaeng Loe ri Barasaq konon juga tinggal di Barasaq, ri bawa Palengang. Karaeng Loe ri Bajeng juga tinggal di Bajeng, bersekutu dengan Goa. Karaeng Loe dari Katingang tinggal di Sanrabone, yaitu di Palambeyang. Karaeng Loe ri Bira juga tinggal di Bira. Karaeng Betang tinggal di Sudiang. Karaeng Buluq Loe tinggal di Paccerakkang. Dampang ri Parang Loe juga tinggal di Parang Loe.
Bahwa yang pertama ditunjuk menjadi Karaeng Tallo adalah anak Tunatangkaqlopi bernama Karaeng Loe ri sero, saudara dari Batara Goa. Karena sedih Karaeng Loe ri Sero. Kemudian memerintahkan istri dan anak-anaknya ke Pasinang. Semua keluarganya pun pergi ke Pasinang. Di Pasinang-lah beliau bertemu dengan Karaeng Loe ri Bira beserta ketiga saudaranya yakni Karaeng Betang, Karaeng Buluq Loe, dan Dampang ri Parang Loe.

Karaeng Loe ri Bira kemudian memanggil Karaeng Loe ri Sero untuk ikut bersamanya ke wilayah kekuasaannya (Bontoa). Selanjutnya dibuatkanlah Karaeng Loe ri Sero sebuah perkampungan berikut benteng di ujung selatan, arah barat laut dari Bira, di tepi sungai di Rapokali, yang kemudian di namakan Tallo. Setelah benteng selesai dibangunkanlah pula rumah yang terdiri dari lima bagian lengkap dengan tempat tinggal berdekatan (lima paqdaserang, lollong kambaraqna). Konon, kayu yang dipakai sebagai tiang rumah itu, belumlah sempat daunnya berguguran semua, pun belum kering. Rumah tersebut sudah jadi.

Setelah rumah tersebut selesai, dibawalah Karaeng Loe ri Sero kesana untuk menempatinya. Genap tujuh malam Karaeng Loe ri sero berada di dalam rumah, berkumpullah lagi Karaeng Loe ri Bira dengan keempat saudaranya, bertemu bersama-sama. Dan merekapun membuat kesepakatan, selanjutnya menjadikan Karaeng Loe ri Sero Karaeng ri Tallo.

Berkata Karaeng Loe ri Bira kepada Karaeng Loe ri Sero : Ada niat kami datang kesini, sebab sudahlah membuat kesepakatan antara kami berempat bersaudara. Kami telah sepakat untuk menjadikan/ menunjuk Anda sebagai Karaeng ri Tallo. Yang akan melihat nasib/ menjaga tanah ini. Selanjutnya kami akan menjadi bagian dari ini, juga harta kami. Adapun anak-anak gallarrang [di Goa] baiknya engkau buat gallarrang di Tallo juga menurut posisi ayah mereka di Goa. Maka putra dari Gallarrang Tombolo ditunjuk sebagai Gallarrang ri Rapokali, anak dari Gallarrang Mangasa ditunjuk di Biringkanaya, putra Gallarrang Saomata ditunjuk sebagai Gallarrang ri Moncong Loe. Jadilah tiga Gallarrang. Selanjutnya Karaeng Loe ri Bira membuat Gallarrang sendiri di Bira. Karaeng Betang juga membuat Gallarrang di Sudiang. Karaeng Buluq Loe membuat Gallarrang di Paceraka. Dampang ri Parang Loe juga membuat Gallarrang Bangkeng Bate. Maka jadilah tujuh Gallarrang ri Tallo, yang selanjutnya dikenal dengan sebutan "Gallarrang Tujua ri Tallo". Selanjutnya Berkatalah lagi Karaeng Loe ri Bira, adapun anaq Karaeng yang telah mengikuti Karaeng. Bahwa untuk menggembirakan hatinya maka panggillah dengan sebutan Daeng ri Patte'ne, olehnya itu maka dipecahlah tanah Rapokali untuk Daeng ri Patte'ne.**


Sumber : Lontara.
Terjemahan ini, oleh : A.L
.

Postingan populer dari blog ini

teks panjang Aru Tubaraniya Ri Gowa

SILSILAH RAJA-RAJA GOWA

KELONG TAU RIOLO (AGAMA)