Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Mengenal Lebih Jauh Kata "Daeng"

Gambar
Mengenal Lebih Jauh Kata "Daeng" Posted by Dhymalk dhykTa on Tuesday, May 08, 2012 with 18 comments Sebelum pulang ke rumah saya ingin posting sebuah artikel yang menjadi ciri khasku, ciri khas daerahku tanah sulawesi selatan. Kota Daeng, siapa yang tak kenal julukan ini. Julukan ini disematkan kepada kota Makassar, ibukota Sulawesi Selatan dan sekaligus sebagai pintu gerbang Indonesia bagian timur. Namun saya yakin masih banyak kaskusers yang belum paham tentang makna “Daeng” itu sendiri, utamanya orang-orang yang berasal dari luar pulau Sulawesi. Pada dasarnya dulu di Makassar terdiri atas 4 stratafikasi sosial yaitu: 1. Kare: Ulama atau Tokoh Religi 2. Karaeng: Raja atau Bangsawan 3. Daeng: Kalangan pengusaha, shah bandar 4. Ata : Budak Maskot Sulawesi Selatan Sangat mirip dengan stratafikasi di Bali atau peradaban Hindu yaitu: brahma, ksatria, waisaya dan sudera Gelar “DAENG” pada hakikatnya tidak didapatkan begitu saja melainkan mengandung ma

ASAL USUL GELAR ANDI KARAENG PADA BANGSAWAN BUGIS MAKASSAR

ASAL USUL GELAR ANDI KARAENG PADA BANGSAWAN BUGIS MAKASSAR Asal Usul Gelar Andi pada Bangsawan Bugis Makassar , Gelar Andi yang disematkan di depan nama bangsawan bugis memang menjadi pertanyaan banyak orang. Bermacam-macam pendapat dari para sejarawan ataupun cerita orang-orang tua dulu tentang awal mula munculnya gelar andi di dalam masyarakat bugis, namun belum ada yang dapat menunjukkan bukti atau sumber yang benar-benar dapat dijadikan rujukan mutlak. Dari beberapa sumber yang kami dapatkan, maka dapat diuraikan secara singkat tentang penggunaan nama Andi sebagai gelar yang digunakan para bangsawan Bugis. Sebutan “Andi” adalah sebutan alur kebangsawanan yang diwariskan hasil genetis (keturunan) Lapatau, pasca Bugis merdeka dari orang Gowa. ASAL USUL GELAR ANDI Andi ini dimulai ketika 24 Januari 1713 dipakai sebagai extention untuk semua keturunan hasil perkawinan Lapatau dengan putri Raja Bone sejati, Lapatau dengan putri Raja Luwu (yang bersekutu den

Aru bate sala'pang dari Gowa

Aru bate sala'pang dari Gowa Sombangku Kipammopporang mama jai dudu karaeng Iya-iyannamo sallang ambunduki butta Gowa Iya-iyannamo sallang lambangkai Somba Opu Iya-iyannamo sallang lampatinompangi Barombong Inakke sallang anngagangi sibarambang Laku palangei sallang jarangku Laku palangei bombang talluna Mamampang Kamma tommama sallang buaya lamanngallea Kamma tommama sallang mangiwang lanrabbukiya Pantaranna takak panjeng, laukanna Lae - lae Napintujumpa sallang ammanyu Siallo sallang ammanyu jarangku, rawangana Samalona Assulutompi sallang ceraka ri kakmurunna Naku nampa ammoterang Nampa nicini bole - bolena Mamampang Nampa nicini passikkina moncong - moncong Nampa nikana inakke minne atenna butta Gowa Inakke minne parru lolonna Barombong Inakke minne burakne tani gandaya Inakke minne barambang bete - betea Inakke minne pallakiya ri Bise Artinya Yang mulia Maafkan beribu maaf

Aru Tubarani dan Turayaya

  Aru Tubarani dan Turayaya Karaengku, pammopporang mama jai dudu Tassampe tompa sallang karaeng Ri monconna manggarupi, naerang anak mariyang Nanampa kukana karaeng Inakke minne barambang bete - beteya Ganrang batua karaeng Kukkuluk sallo mateya Kapoppo toa ammakku karaeng Kaparakang toa nenekku karaeng Tena tau tana mukmusu atena Tena butta tana onjo Moncong tinggi tana ambi Romang lantang tana soso Passiringang tana limbang Bilik tana pantamai Punna sa'ramo allowa Rilebba lantang banngiya Tena tau tana lekkere atenna artinya: Yang mulia Kelak akan tersangkut Tersangkut dibukit manggarupi Diterbangkan oleh peluru anak meriam Kami akan menoleh Kami akan mengatakan Kami adalah ayam jantan dart timur Drakula tua ibuku  Drakula tua nenekku Semua daerah telah didatangi  Semua gunung telah didaki  Semua hutan telah dimasuki Semua kolong telah dimasuki Semua

teks panjang Aru Tubaraniya Ri Gowa

teks panjang Aru Tubaraniya Ri Gowa Atta……..Karaeng Tabe’ Kipammoporang Mama’ Ridallekang Labbiritta Riempoang Matinggita Risa’ri Karatuanta Inakke Minne, Karaeng Lambara Tatassa’la’na Gowa Nakarappekangi Sallang, Karaeng Pangngulu Ribarugaya Nanatepokangi Sallang Pasorang Mattangnga Parang Inai-Inaiannamo  Sallang, Karaeng Tamappattojengi  Tojenga Tamappiadaki Adaka  Kusalagai Sirinna Kuisara Parallakkenna Berangja Kunipatebba Pangkulu Kunisoeyang Ikatte Anging, Karaeng Naikambe Lekok Kayu Ammiri’ko Anging Namarunang Lekok Kayu Iya Sani Madidiyaji Nurunang Ikatte Je’ne, Karaeng Naikambe Batang Mammanyu’ Assolongko Je’ne Namammanyu Batang Kayu Iya Sani Sompo Bonangpi Kianyu Ikatte Jarung, Karaeng Naikambe Bannang Panjai Ta’leko Jarung Namamminawang Bannang Panjai Iya Sani Lambusuppi Nakontu Tojeng Makkanamamaki Mae, Karaeng Naikambe Mappa’jari Mannyabbu Mamaki Mae Karaeng Naikambe Mappa’rupa Punna Sallang Takammaya Aruku Ri Dallekanta Pangkai Jerakku Tinra’ Bate Onjokku Pauwang Ana’ R

ARU Tubarani Buleng-bulengna mangngasa (Sumpah Setia Kepada RAJA)

ARU Tubarani Buleng-bulengna mangngasa (Sumpah Setia Kepada RAJA) Apakah ARU itu? Berikut Sedikit Penjelasan yang saya dapatkan dari Tulisan H.M. Sirajuddin Bantang Sebagaimana diketahui bahwa Gowa adalah pernah menjadi suatu kerajaan yang besar pada amannya, pernah menjadi suatu kerajaan yang berpengaruh di Nusantara, disegani oleh kawan dan lawan. Karena kekuasaan yang pernah dimiliki oleh kerajaan Gowa, sudah barang tentu mempunyai banyak laskar atau tubarani yang taat pada rajanya, yang selalu mengucapkan sumpah setia kepada rajanya (aru ), hingga saat ini sumpah tersebut masih sering diucapkan dihadapan para pemimpin yang datang berkunjung ke daerah Gowa. Suatu susunan sastra dalam bahasa Makassar, yang di isi dengan kalimat – kalimat sumpah setia yang penuh keberanian diucapkan oleh salah seorang tubarani, atau wakil dari salah seorang Gallarang dihadapan raja. Susunan kalimatnya ringkas namun dari kalimat itu terkandung kesetiaan masyarakat yang diwakili ol

Sejarah Gowa (Bagian Pertama)

Gambar
Sejarah Gowa (Bagian Pertama) Batara Guru adalah saudara dari Tunabunoa Tolali Ratu Sampu Marantaiya Karaeng Katangka. Semoga saya tidak terkutuk, semoga saya tidak hancur, dalam menyebut-nyebut nama-nama Karaeng yang lalu. Mereka yang beristirahat di sana. Mereka yang dari emas murni. Hanya karena dikhawatirkan, mereka akan dilupakan oleh keturunan mereka, dan oleh mereka yang mengikutinya. Karena jika mereka tidak mengenal ada dua bahaya yg bisa muncul : bisa-bisa merasa diri kita adalah penguasa yang paling [Karaeng dudu] atau bisa jadi pula pihak luar akan mengatakan kita hanyalah orang biasa. Karaeng Bayo menikahi Tumanurung. Memiliki anak Tumassalangga Barayang. Dia disebut oleh orang-orang "Tumanurunga" karena tidak diketahui asal-usulnya, kematiannya. Hanya dikatakan Dia menghilang [mallayangi]. Dia menikah dengan Karaeng Bayo. Karaeng Bayo menikahi Tumanurung dan punya anak Tumassalangga Barayang. Selama tiga tahun ia di dalam rahim. Ketika dia l

Catatan dari Negeri Para Pelaut Ulung

Catatan dari Negeri Para Pelaut Ulung  Takunjunga' Bangunturu', Nakugunciri Gulingku, Kualleanna Tallanga Na Toalia [Tidak begitu saja aku ikut angin buritan, Dan aku putar kemudiku, Lebih baik aku pilih tenggelam dari pada balik haluan]. Le'ba Kusoronna Biseangku, Kucampa'na Sombalakku, Tamammelokka Punna Teai Labuang [Ketika perahuku kudorong, Ketika layarku kupasang, Aku takkan menggulungnya kalau bukan labuhan]. Demikian Falsafah Hidup Orang Makassar. Dari falsafah ini sudah dapat dilihat betapa kehidupan orang-orang Makassar begitu dekat bahkan sangat dekat dengan yang namanya laut. Maka tak heran jika orang-orang Makassar dikenal sebagai pelaut-pelaut ulung. Sebelum kedatangan orang Eropa, orang Makassar sudah dikenal sebagai pelaut ulung. Banyak bukti yang menunjukkan kepiawaian orang Makassar menguasai laut dengan layar. Diantaranya adalah keterangan dari Tome Pires yang juga dianggap sebagai sumber Barat tertulis yang paling tua

Tala’ Salapang: Ihwal Sembilan Pokok Lontar Pungunjuk Damai di Makassar

Gambar
Tala’ Salapang: Ihwal Sembilan Pokok Lontar Pungunjuk Damai di Makassar Tala’ Salapang (dikutip dari majalahversi.com) Sebagian orang luar mengidentikkan kekasaran orang Makassar pada nama kota dan entitas suku yang melekat pada mereka, MAKASSAR. Merujuk kepada umumnya pola bentukan kata dalam bahasa Indonesia, mereka kemudian mengeja Makassar sebagai kata “ Kasar” yang diberi imbuhan me- yang menjadikannnya kata kerja aktif. Maka muncullah pemahaman bahwa Makassar secara historis dibentuk dan dihuni oleh orang-orang yang gemar melakukan kekasaran. Kecenderungan pemahaman berbau linguistik ini dapat dipahami sesaat meski cacat sejarah. Melekatnya generalisasi bahwa orang-orang Makassar cenderung kasar dan keras, dengan mengambil sampel pengalaman-pengalaman buruk berkenaan dengan orang Makassar tentu menjadi pembenaran. Ditambah lagi dengan eksploitasi kekerasan yang disiarkan rutin oleh media massa terutama TV nasional yang ‘rajin’ meliput drama kekerasan di Ma

Jejak Kristen di Tanah Bugis Abad 16

Gambar
Jejak Kristen di Tanah Bugis Abad 16   Peta Sulawesi buatan Protugis tahun 1633 – yg dilingkari wilayah Siang dan Ajatappareng (Dari Buku Stephen Druce) Kristen Dulu, Islam Kemudian;  Jejak Kristen di Tanah Bugis Abad 16 Masyarakat Bugis dikenal sebagai penganut Islam yang taat. Saking fanatiknya, bagi sesiapa yang keluar dari agama Islam konon akan mendapat hukuman sosial; disingkirkan dari hubungan kekerabatan dan terusir dari lingkungan. Meski mungkin saat ini tak begitu berlaku lagi, namun integrasi Islam ke dalam pranata sosial masyarakat Bugis masih terasa lekat. Namun sebelum mengalami Islamisasi, mereka pernah mula-mula memeluk agama Kristen Katholik yang didakwahkan oleh pedagang Portugis. Meski diduga berlatarbelakang kepentingan politis, nyatanya raja-raja di kerajaan Siang (kini Bungoro, Pangkep) dan kawasan Ajatappareng pernah dibaptis dalam tradisi Katholik. Proses peralihan kepercayaan patturioloang Bugis ke iman Kristen memang berlangsung singkat

Buku Pertama tentang Nusantara Yang Terbit di Eropa: Sejarah Makassar

Gambar
Buku Pertama tentang Nusantara Yang Terbit di Eropa: Sejarah Makassar Postingan ini merupakan terjemahan dari artikel Christian Pelras di Jurnal Archipel  Volume 54, Tahun 1997 berjudul “The First Description of South Sulawesi in French and Remarkable for Two Young Princes Makassar in France of Louis XIV” ===== Sebuah buku tipis bertajuk “Description Historique du Royaume de Macassar” atau Rincian Sejarah Kerajaan Makassar terbit di Paris, Prancis tahun 1688. Penulisnya disebutkan bernama Gervaise Nicolas dengan penerbit Grand Saint Grégoir milik pustakawan Hillaire Foucault. Tampaknya buku ini cukup laris karena edisi keduanya kemudian diterbitkan oleh Erasmus Klinkius di Regensburg tahun 1700, dengan beberapa penambahan data. Setahun kemudian, edisi terjemahan berbahasa Inggris nya terbit di London, tahun 1701. Rupanya penulis yang menyukai sejarah ini juga menerbitkan buku berbeda pada tahun yang sama , kali ini dia mengulas tentang Kerajaan Siam “ Histoire Na