Sejarah Gowa (Bagian Pertama)
Sejarah Gowa (Bagian Pertama)
Batara Guru adalah saudara dari Tunabunoa Tolali Ratu Sampu Marantaiya Karaeng Katangka.
Semoga saya tidak terkutuk, semoga saya tidak hancur, dalam menyebut-nyebut nama-nama Karaeng yang lalu. Mereka yang beristirahat di sana. Mereka yang dari emas murni. Hanya karena dikhawatirkan, mereka akan dilupakan oleh keturunan mereka, dan oleh mereka yang mengikutinya. Karena jika mereka tidak mengenal ada dua bahaya yg bisa muncul : bisa-bisa merasa diri kita adalah penguasa yang paling [Karaeng dudu] atau bisa jadi pula pihak luar akan mengatakan kita hanyalah orang biasa.
Karaeng Bayo menikahi Tumanurung. Memiliki anak Tumassalangga Barayang. Dia disebut oleh orang-orang "Tumanurunga" karena tidak diketahui asal-usulnya, kematiannya. Hanya dikatakan Dia menghilang [mallayangi]. Dia menikah dengan Karaeng Bayo.
Karaeng Bayo menikahi Tumanurung dan punya anak Tumassalangga Barayang. Selama tiga tahun ia di dalam rahim. Ketika dia lahir, ketika itu pula dia bisa langsung berjalan. Dan langsung bisa berbicara. Ia disebut Tumassalangga Barayang karena pundaknya (satu sisi turun, satu sisi lainnya naik), telinganya (satu keriput, satu lainnya jenggar-jenggur), telapak kakinya sama panjang dengan tumitnya, pusarnya tumbuh besar bagaikan bakuk karaeng. Demikian dikatakan bahwa dia adalah orang yang cacat [tau assala-salang]. Dengan itu berkatalah ayahnya "bahwa anak saya cacat [iya na sala-salang anakku] karena bahunya adalah bahu barayang [bagaikan pohon], telinganya bagaikan gunung yang melambai, rambut patah di Jawa ia bisa mendeteksi, kerbau putih mati di selayar dia bisa mencium baunya, bintik-bintik pada lintah di Bantaeng ia bisa merasakan. kakinya adalah kaki yang seimbang bagaikan sisik. Pusarnya bagaikan sebuah sumur yang besar. Tangannya bagaikan pembuluh yang luas: bagi mereka yang menyembah bertahil-tahil emasnya, bagi mereka yang menyembah akan dimohonkannya berkat keselamatan. bagi mereka yang menyembah mereka akan menjadi rakyatnya.
Anaknya tumbuh menjadi besar, Dia [Karaeng Bayo] membelah dua kalungnya. Selanjutnya masuk kedalam kamarnya, ketika itupun Dia menghilang. Setengah dari kalung itu diberikan kepada anaknya, yang disebut I Tanisamang.
Selanjutnya Tumassalangga Barayanga menjadi penguasa. Tidak diketahui istrinya, kematiannya. Hanya dikatakan oleh para leluhur bahwa ia menghilang [mallayangi]. Dengan hanya berkata kepada mereka yang ada di rumahnya, duduklah sekalian [mammempoko]. Lalu Dia pergi ke pegunungan utara Jonggoa. Ketika itu pula terjadilah guntur, lalu hujan di bawah terik sinar matahari, selanjutnya dia tidak terlihat lagi. Sampai Tunatangkaklopi, mulai dari Tumassalangga Barayang istri mereka tidak diketahui, anak-anak mereka tidak diketahui, kecuali anak-anak yang pernah memerintah [berkuasa]. Tidak diketahui juga perang mereka. Pun berapa lama mereka memerintah. Hal ini juga tidak diketahui karena tidak ada yang mengatakan tentang itu.
Anak Karaeng Bayo oleh Tumanurung, Tumassalangga Barayang, kemudian Tumassalangga Barayang memiliki seorang anak I Puang Loe Lembang. I Puang Loe Lembang punya anak Tuniatabanri. Tuniatabanri memiliki seorang anak Karampanga ri Gowa. Karampang ri Gowa memiliki anak Tunatangkaklopi. Tunatangkaklopi memiliki dua anak : satu disebut Karaeng Loe ri Sero, satu lagi disebut Batara Gowa (atau disebut juga Tuniawanga ri Parallakkenna).