Bambu, pertanda adat dan manfaatnya di Sulawesi Selatan

Rumah Panggung – Kab. Bulukumba (dok. pribadi)
Bermartabat yang bagaimana?

Lasugi/Alasugi/Balla didalam rumah – latar belakang puade pengantin (dok. pribadi)

Berfoto di depan lasugi – perhatikan susunan bambu 3 rangkap sebagai tanda kebangsawanan(dok. pribadi)
Kesan bermartabat, semartabat menggunakan bambu sebagai bahan baku pembuatan Alasugi. Ternyata menggambarkan martabat dari sudut pandang lingkungan.
Apa maksudnya?
Mari kita lihat dari bahan dasar yang digunakannya, yaitu bambu.
Mengapa Bambu? Hal itu belum terungkap secara jelas kecuali alasan mudah didapat dan mudah dalam pembuatannya, hanya saja, terlepas dari alasan yang sederhana itu, dari kacamata lingkungan, bambu memiliki manfaat yang sangat banyak, yaitu antara lain:
– Bambu yang dikategorikan sebagai HHBK (hasil hutan bukan kayu – NTFP/non timber forest product) sudah sejak lama dikenal dan digunakan oleh masyarakat, terutama masyarakat sekitar hutan dan memiliki nilai ekonomi yang dapat digunakan oleh masyarakat.
– Tanaman bambu merupakan sumber pangan, rumah tangga, mebeler, bahan pembuatan rumah, souvenir, alat musik, hingga digunakan dalam bagian dari (upacara) ritual adat.
– Tanaman bambupun dikenal dapat digunakan sebagai tanaman untuk reboisasi, karena sifatnya yang mudah tumbuh, memiliki daya adaptasi terhadap lingkungan yang tinggi serta kemampuannya untuk menyerap air yang efektif & sumber penghasil Oksigen yang baik.
– pemanfaatan bambu bagi konstruksi bangunan tahan gempa, serta rancangan perumahan rumah sangat sederhana yang menggunakan bahan bambu untuk tiang, dinding, kuda-kuda dan atap.
Di bagian lain di Sulawesi Selatan, masyarakat Suku Toraja memiliki rumah adat khas yang menggunakan bahan baku utama bambu. Rumah adat tersebut dinamakan tongkonan1). Tongkonan – karena terbuat dari bambu - memiliki sirkulasi udara yang baik serta bernilai arsitektur yang unik.
Bambu, selama budaya melibatkannya, tidak akan habis dibutuhkan keberadaannya. Budidaya bambu yang berkelanjutan menjadi penting. Melaksanakan adat yang berimplikasi positif terhadap semangat untuk melestarikan budaya dan budidaya bambu.
Makassar, 20 Juli 2012
Bugi Sumirat
Note:
1) Tongkonan berarti tempat duduk. Dalam riwayatnya, Tongkonan digunakan sebagai tempat untuk berkumpul para bangsawan suku Toraja – dalam pertemuan itu biasanya digunakan untuk mendiskusikan problema-problema yang terkait dengan adat istiadat dan lain sebagainya.