Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2014

Macan Lambaraqna Gowa : I Mappatakangtana Daeng Paduduq Tumenanga ri Makkayoang

Macan Lambaraqna Gowa (Harimau Liar dari Goa). Adalah sebuah gelar, sama dengan gelar-gelar lainnya seperti Macan Keboka ri Tallo, Macan Leqlenga ri Katangka, Macan Ejayya ri Sanrobone, Macan Beru Bakkaka ri Luwu. Adalah, semoga saya tidak terkutuk, nama pribadi-Nya I Mappatakangtana. Nama kerajaan-Nya [Paddaenganna] adalah Daeng Paduduq (Tumenanga ri Makkayoang) yang digelar sebagai Macan Lambaraqna Gowa. Beliau adalah Somba [Raja Tallo IV, tak lain adalah Ayah dari I Mallingkaang Daeng Mannyonri Karaeng Katangka Karaeng Matowaya Sultan Abdu'llah Awwal al-Islam [Tu-Mammenanga-ri-Agamana]. Ayahnya adalah Karaeng Tunipasuru (Raja Tallo III), Nama pribadi-Nya, semoga saya tidak terkutuk, semoga saya tidak hancur, adalah I Mangayoang Berang. Nama Pakkaraenganna sebelum dia menjadi penguasa adalah Karaeng Pasi. Ibundanya adalah Tumamalianga ri Tallo, nama pribadi-Nya, semoga saya tidak terkutuk, semoga saya tidak hancur adalah I Passile'ba, putri Karaeng Loe ri

Daeng Pamatte', Pencipta Aksara Lontara

Gambar
Daeng Pamatte' lahir di Kampung Lakiung (Gowa). Beliau adalah salah seorang tokoh sejarah Kerajaan Gowa yang tidak dapat dilupakan karena karya besar yang ditinggalkannya. Bagi masyarakat Sulawesi Selatan, menyebut nama Daeng Pamatte', orang lantas mengingat karyanya yaitu huruf Lontara. Dia dikenal sebagai pencipta huruf Lontara Makassar dan pengarang buku Lontara Bilang Gowa Tallo. Pada masa Kerajaan Gowa diperintah Raja Gowa ke IX Karaeng Tumapakrisi Kallonna , tersebutlah Daeng Pamatte' sebagai seorang pejabat yang dikenal karena kepandaiannya. Tidak heran apabila ia dipercaya oleh Baginda untuk memegang dua jabatan penting sekaligus dalam pemerintahan yaitu sebagai "sabannara" (syahbandar) merangkap "Tumailalang" (Menteri Urusan Istana Dalam dan Luar Negeri) yang bertanggung jawab mengurus kemakmuran dan pemerintahan Gowa. Lahirnya Aksara Lontara Lahirnya karya bersejarah yang dibuat "Daeng Pamatte" bermula karena ia

Museum Balla Lompoa

Gambar
MUSEUM BALLA LOMPOA A. SELAYANG PANDANG Museum Balla Lompoa merupakan rekonstruksi dari istana Kerajaan Gowa yang didirikan pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-31, I Mangngi-mangngi Daeng Matutu, pada tahun 1936. Dalam bahasa Makassar, Balla Lompoa berarti rumah besar atau rumah kebesaran. Arsitektur bangunan museum ini berbentuk rumah khas orang Bugis, yaitu rumah panggung, dengan sebuah tangga setinggi lebih dari dua meter untuk masuk ke ruang teras. Seluruh bangunan terbuat dari kayu ulin atau kayu besi. Bangunan ini berada dalam sebuah kompleks seluas satu hektar yang dibatasi oleh pagar tembok yang tinggi. Museum ini berfungsi sebagai tempat menyimpan koleksi benda-benda Kerajaan Gowa. Benda-benda bersejarah tersebut dipajang berdasarkan fungsi umum setiap ruangan pada bangunan museum. Di bagian depan ruang utama bangunan, sebuah peta Indonesia terpajang di sisi kanan dinding. Di ruang utama dipajang silsilah keluarga Kerajaan Gowa mulai dari Raja Gowa I, To

Misteri dan Sejarah Lapangan Karebosi, Makasar

Gambar
Bagi warga Makassar, cerita berbau mistik dan alam gaib di Lapangan Karebosi bukanlah hal yang baru. Tidak sedikit yang percaya bahwa berbagai kejadian aneh di luar nalar yang muncul di lapangan yang menjadi titik nol kilometer kota Makassar itu adalah ulah dari “para penjaga” yang berdiam di sana. Citizen reporter Djamaludin mewawancarai pengurus PSM, yang termasuk sering mengalami kejadian-kejadian aneh di lapangan itu dan upaya agar tidak “diganggu” selama berlatih.(p!) Orang-orang yang sering ke Lapangan Karebosi Makassar umumnnya sudah paham bahwa lapangan itu menyimpan banyak mitos dan di sana sering muncul peristiwa di luar akal sehat. Sejumlah kejadian aneh kerap menimpa mereka yang memang saban hari tinggal dan bekerja di situ, termasuk Abdul Haris, manajer lapangan dan Tajuddin, penasehat spiritual PSM Makassar. Haris dan Tajuddin sudah paham betul di mana tempat angker di setiap sudut di Lapangan Karebosi. ‘’Saya sudah terlalu sering melihat hal-hal an

Lelaki Misterius dari Karebosi, Obati Putri HZB Palaguna

Gambar
Karebosi sebelum direvitalisasi BugisPos.com – Kisah-kisah mistik tentang Karebosi memang bukanlah cerita dadakan. Berbagai kisah menyertai tanah lapang di jantung kota Makassar tersebut muncul sejak lama. Mungkin seusia dengan zamannya. Tentu banyak yang mengandung kebenaran, namun juga tidak tertutup kemungkinan ada yang meleset, bahkan jauh dari kisah yang pas. Itulah Karebosi. Legenda yang tak kering dari misteri. Tersebutlah misalnya kisah seorang lelaki misterius yang mengaku bernama Umara. Lelaki tua itu datang ke Balikpapan-Kalimantan Timur di awal tahun 1970-an menemui seorang prajurit TNI (ABRI ketika itu), HZB Palaguna. â€Å“I nakke minne anak, s u roanna Tuanta Salamaka . Ri w attunna tallasa inji, nakke akkumpulu ri Karebosi. Nia kamara anjoeng. Nia’ ero kuappauwangngiko,” begitu Umara berkata dalam bahasa Makassar kepada Zainal Basri Palaguna, yang artinya ; Sayalah ini anak, suruhannya Tuanta Salamaka (Syekh Yusuf). Sewaktu masih hidup,

KERAJAAN GOWA PADA MASA SULTAN HASANUDDIN

Sejak Sultan Hasanuddin naik tahta pada bulan November 1653, Sultan dihadapkan pada pergolakan. Pertempuran prajurit Kerajaan Gowa melawan Belanda di Buton terus berkobar, pertempuran ini dipimpin langsung oleh Sultan Hasanuddin. Dalam serangan itu, benteng pertahanan Belanda di Buton berhasil direbut serta menawan sebanyak 35 orang Belanda. Satu tahun lamanya, Sultan Hasanuddin mengendalikan pemerintahan, Mangkubumi Kerajaan Gowa Karaeng Pattingalloang wafat pada 15 september 1645. Beliau kemudian digantikan oleh putranya bernama Karaeng Karunrung.  Belanda melihat, perang dengan Kerajaan Gowa telah banyak menelan biaya, demikian halnya di sektor perdagangan telah banyak mengalami kerugian. Belanda kemudian membuat siasat ingin damai. Pada tanggal 23 Oktober 1655 Belanda mengutus Willem Van den Berg dan seorang berkebangsaan Armenia bernama Choja Sulaeman untuk menghadap Sultan dan menyampaikan pesan Jenderal Maestsuyker. Perundingan itu berlangsung 28 Desember 1655 dimana

Sejarah Pantai Losari Beserta Teka-Tekinya

Gambar
Posted by Andi Nugraha FAP Friday, 29 March 2013 Sebelum dikenal sebagai Losari, warga Makassar menyebutnya Pasar Ikan. Dimasa itu banyak pedagang pribumi yang berjualan. Dipagi hari dimanfaatkan sebagai pasar ikan, sedangkan di sore hari dimanfaatkan pedagang lainnya untuk berjualan kacang, pisang epe dan makanan ringan khas Makassar lainnya. Apa sebenarnya yang menarik dari fisik Pantai Losari? Infrastruktur utamanya saat ini telah dibangun merupakan sebuah jalan besar bernama Penghibur. Disisi yang sebelumnya adalah pembendung air berupa turap beton memanjang kini diperluas menjorok kedalam pantai. Terdapat Promenade luas berlatar pulau dan laut selat Makassar dan dibawahnya merupakan outlet buangan limbah kota. Dalam konteks pembangunannya, konsep yang sudah bertahan selama 60 tahun itu hanya diperbesar luasannya. Diawali tahun 1945, bangunan tambahan pantai yang pertama dibuat. Desain lantai dasar beton sepanjang 910 meter digagas oleh

Makam Sultan Hasanuddin

Gambar
Makam Sultan Hasanuddin , obyek wisata sejarah terletak di komplek pemakaman raja-raja Gowa di Katangka Somba Opu Gowa Sulawesi Selatan. Di tempat yang sama dimakamkan pula Sultan Alauddin (Raja yang mengembangkan agama Islam pertama di Kerajaan Gowa) dan disebelah kiri depan komplek makam, terdapat lokasi tempat pelantikan raja Gowa yang bernama Batu Pallantikan. Akses ke kawasan Makam Sultan Hasanuddin sangat dekat dari Kota Makassar ,menggunakan kendaraan darat 30 menit Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1629 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 ) adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe . Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana , hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Oosten oleh

Filosofis Baju Bodo Bagi Bangsa Bugis

Gambar
By: Sandi Alfath Sfc Oscal Lawalata menyebutkan bahwa baju bodo dalam masyarakat Sulawesi Selatan adalah salah satu busana etnik tertua di dunia, dan dunia international belum mengetahuinya. Tapi tahukah anda warna dan aturan pakai baju bodo? Berikut ini penulis menyingkap rahasia baju bodo dalam masyarakat Bugis – Makassar, warna dan filosofinya, sebagai berikut: Anak di bawah 10 tahun (gadis cilik), memakai “ waju tokko ” (baju bodo) yang disebut “ waju pella-pella ” (baju kupu-kupu), berwarna kuning gading. Disebut “walu pella-pella” adalah penggambaran terhadap dunia anak kecil yang penuh keriangan, warna kuning gading adalah analogi agar sang anak cepat matang dalam menghadapi tantangan hidup. Warna kuning gading dalam kalimat bahasa Bugis “ maridi ” yang jika di tulis dalam aksara lontara' Bugis bisa juga dibaca menjadi “mariddi” yang berarti matang . Anak usia 10 - 14 tahun (gadis remaja), memakai “ waju tokko ” (baju bodo) berwarna jingga atau merah

TEKS PAKKIO' BUNTING

Iya dende ‘Iya dende Nia tojemmi anne battu Bunting kutayang Salloa kuminasai Nampako ri ujung bori’ Ri appa Pakrasangangku Ku’rappo cini Kutimbarangngi pangngai Kuassennunju lania Nakuitungko labattu Ku’ragi memang Berasa ri mangko kebo’ Nasadia lebba batta Rappo ripala’ limangku Kunnanro memang Leko’ ri talang bulaeng Kuntu intang maccayanu Nibelo-belo jamarro, makilo-kilo Massingarri dallekannu Labbiri’ nuparamata Jamarro moncong bulonu Bulaeng ti’no Ansuloi paccini’nu Lekukapeangko anne Sumanga’nu mabellayya Ku kiyo’ tongi Tubunnu sallo lampayya Baji kualleko anne Bunga-bunga tamalatea Latei bunga Tamalate cinikannu Sakuntu’ sanrapangtongko Bulang simombo’ I Raya Nasussung pale Natinriang wari-wari Wari-wari kapappassang Pale’ mannuntungi bangngi, nisailenu Tamalajju cinikannu Nacini’ ma’mole-mole Ma’mole-mole nikio’ Daeng Ni pakalompo Nikanro ana’ karaeng Kupattannangngangko anne Tope talakka ri