Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2013

Aru bate sala'pang dari Gowa

Aru bate sala'pang dari Gowa Sombangku Kipammopporang mama jai dudu karaeng Iya-iyannamo sallang ambunduki butta Gowa Iya-iyannamo sallang lambangkai Somba Opu Iya-iyannamo sallang lampatinompangi Barombong Inakke sallang anngagangi sibarambang Laku palangei sallang jarangku Laku palangei bombang talluna Mamampang Kamma tommama sallang buaya lamanngallea Kamma tommama sallang mangiwang lanrabbukiya Pantaranna takak panjeng, laukanna Lae - lae Napintujumpa sallang ammanyu Siallo sallang ammanyu jarangku, rawangana Samalona Assulutompi sallang ceraka ri kakmurunna Naku nampa ammoterang Nampa nicini bole - bolena Mamampang Nampa nicini passikkina moncong - moncong Nampa nikana inakke minne atenna butta Gowa Inakke minne parru lolonna Barombong Inakke minne burakne tani gandaya Inakke minne barambang bete - betea Inakke minne pallakiya ri Bise Artinya Yang mulia Maafkan beribu maaf

Aru Tubarani dan Turayaya

  Aru Tubarani dan Turayaya Karaengku, pammopporang mama jai dudu Tassampe tompa sallang karaeng Ri monconna manggarupi, naerang anak mariyang Nanampa kukana karaeng Inakke minne barambang bete - beteya Ganrang batua karaeng Kukkuluk sallo mateya Kapoppo toa ammakku karaeng Kaparakang toa nenekku karaeng Tena tau tana mukmusu atena Tena butta tana onjo Moncong tinggi tana ambi Romang lantang tana soso Passiringang tana limbang Bilik tana pantamai Punna sa'ramo allowa Rilebba lantang banngiya Tena tau tana lekkere atenna artinya: Yang mulia Kelak akan tersangkut Tersangkut dibukit manggarupi Diterbangkan oleh peluru anak meriam Kami akan menoleh Kami akan mengatakan Kami adalah ayam jantan dart timur Drakula tua ibuku  Drakula tua nenekku Semua daerah telah didatangi  Semua gunung telah didaki  Semua hutan telah dimasuki Semua kolong telah dimasuki Semua

teks panjang Aru Tubaraniya Ri Gowa

teks panjang Aru Tubaraniya Ri Gowa Atta……..Karaeng Tabe’ Kipammoporang Mama’ Ridallekang Labbiritta Riempoang Matinggita Risa’ri Karatuanta Inakke Minne, Karaeng Lambara Tatassa’la’na Gowa Nakarappekangi Sallang, Karaeng Pangngulu Ribarugaya Nanatepokangi Sallang Pasorang Mattangnga Parang Inai-Inaiannamo  Sallang, Karaeng Tamappattojengi  Tojenga Tamappiadaki Adaka  Kusalagai Sirinna Kuisara Parallakkenna Berangja Kunipatebba Pangkulu Kunisoeyang Ikatte Anging, Karaeng Naikambe Lekok Kayu Ammiri’ko Anging Namarunang Lekok Kayu Iya Sani Madidiyaji Nurunang Ikatte Je’ne, Karaeng Naikambe Batang Mammanyu’ Assolongko Je’ne Namammanyu Batang Kayu Iya Sani Sompo Bonangpi Kianyu Ikatte Jarung, Karaeng Naikambe Bannang Panjai Ta’leko Jarung Namamminawang Bannang Panjai Iya Sani Lambusuppi Nakontu Tojeng Makkanamamaki Mae, Karaeng Naikambe Mappa’jari Mannyabbu Mamaki Mae Karaeng Naikambe Mappa’rupa Punna Sallang Takammaya Aruku Ri Dallekanta Pangkai Jerakku Tinra’ Bate Onjokku Pauwang Ana’ R

ARU Tubarani Buleng-bulengna mangngasa (Sumpah Setia Kepada RAJA)

ARU Tubarani Buleng-bulengna mangngasa (Sumpah Setia Kepada RAJA) Apakah ARU itu? Berikut Sedikit Penjelasan yang saya dapatkan dari Tulisan H.M. Sirajuddin Bantang Sebagaimana diketahui bahwa Gowa adalah pernah menjadi suatu kerajaan yang besar pada amannya, pernah menjadi suatu kerajaan yang berpengaruh di Nusantara, disegani oleh kawan dan lawan. Karena kekuasaan yang pernah dimiliki oleh kerajaan Gowa, sudah barang tentu mempunyai banyak laskar atau tubarani yang taat pada rajanya, yang selalu mengucapkan sumpah setia kepada rajanya (aru ), hingga saat ini sumpah tersebut masih sering diucapkan dihadapan para pemimpin yang datang berkunjung ke daerah Gowa. Suatu susunan sastra dalam bahasa Makassar, yang di isi dengan kalimat – kalimat sumpah setia yang penuh keberanian diucapkan oleh salah seorang tubarani, atau wakil dari salah seorang Gallarang dihadapan raja. Susunan kalimatnya ringkas namun dari kalimat itu terkandung kesetiaan masyarakat yang diwakili ol

Sejarah Gowa (Bagian Pertama)

Gambar
Sejarah Gowa (Bagian Pertama) Batara Guru adalah saudara dari Tunabunoa Tolali Ratu Sampu Marantaiya Karaeng Katangka. Semoga saya tidak terkutuk, semoga saya tidak hancur, dalam menyebut-nyebut nama-nama Karaeng yang lalu. Mereka yang beristirahat di sana. Mereka yang dari emas murni. Hanya karena dikhawatirkan, mereka akan dilupakan oleh keturunan mereka, dan oleh mereka yang mengikutinya. Karena jika mereka tidak mengenal ada dua bahaya yg bisa muncul : bisa-bisa merasa diri kita adalah penguasa yang paling [Karaeng dudu] atau bisa jadi pula pihak luar akan mengatakan kita hanyalah orang biasa. Karaeng Bayo menikahi Tumanurung. Memiliki anak Tumassalangga Barayang. Dia disebut oleh orang-orang "Tumanurunga" karena tidak diketahui asal-usulnya, kematiannya. Hanya dikatakan Dia menghilang [mallayangi]. Dia menikah dengan Karaeng Bayo. Karaeng Bayo menikahi Tumanurung dan punya anak Tumassalangga Barayang. Selama tiga tahun ia di dalam rahim. Ketika dia l

Catatan dari Negeri Para Pelaut Ulung

Catatan dari Negeri Para Pelaut Ulung  Takunjunga' Bangunturu', Nakugunciri Gulingku, Kualleanna Tallanga Na Toalia [Tidak begitu saja aku ikut angin buritan, Dan aku putar kemudiku, Lebih baik aku pilih tenggelam dari pada balik haluan]. Le'ba Kusoronna Biseangku, Kucampa'na Sombalakku, Tamammelokka Punna Teai Labuang [Ketika perahuku kudorong, Ketika layarku kupasang, Aku takkan menggulungnya kalau bukan labuhan]. Demikian Falsafah Hidup Orang Makassar. Dari falsafah ini sudah dapat dilihat betapa kehidupan orang-orang Makassar begitu dekat bahkan sangat dekat dengan yang namanya laut. Maka tak heran jika orang-orang Makassar dikenal sebagai pelaut-pelaut ulung. Sebelum kedatangan orang Eropa, orang Makassar sudah dikenal sebagai pelaut ulung. Banyak bukti yang menunjukkan kepiawaian orang Makassar menguasai laut dengan layar. Diantaranya adalah keterangan dari Tome Pires yang juga dianggap sebagai sumber Barat tertulis yang paling tua

Tala’ Salapang: Ihwal Sembilan Pokok Lontar Pungunjuk Damai di Makassar

Gambar
Tala’ Salapang: Ihwal Sembilan Pokok Lontar Pungunjuk Damai di Makassar Tala’ Salapang (dikutip dari majalahversi.com) Sebagian orang luar mengidentikkan kekasaran orang Makassar pada nama kota dan entitas suku yang melekat pada mereka, MAKASSAR. Merujuk kepada umumnya pola bentukan kata dalam bahasa Indonesia, mereka kemudian mengeja Makassar sebagai kata “ Kasar” yang diberi imbuhan me- yang menjadikannnya kata kerja aktif. Maka muncullah pemahaman bahwa Makassar secara historis dibentuk dan dihuni oleh orang-orang yang gemar melakukan kekasaran. Kecenderungan pemahaman berbau linguistik ini dapat dipahami sesaat meski cacat sejarah. Melekatnya generalisasi bahwa orang-orang Makassar cenderung kasar dan keras, dengan mengambil sampel pengalaman-pengalaman buruk berkenaan dengan orang Makassar tentu menjadi pembenaran. Ditambah lagi dengan eksploitasi kekerasan yang disiarkan rutin oleh media massa terutama TV nasional yang ‘rajin’ meliput drama kekerasan di Ma

Jejak Kristen di Tanah Bugis Abad 16

Gambar
Jejak Kristen di Tanah Bugis Abad 16   Peta Sulawesi buatan Protugis tahun 1633 – yg dilingkari wilayah Siang dan Ajatappareng (Dari Buku Stephen Druce) Kristen Dulu, Islam Kemudian;  Jejak Kristen di Tanah Bugis Abad 16 Masyarakat Bugis dikenal sebagai penganut Islam yang taat. Saking fanatiknya, bagi sesiapa yang keluar dari agama Islam konon akan mendapat hukuman sosial; disingkirkan dari hubungan kekerabatan dan terusir dari lingkungan. Meski mungkin saat ini tak begitu berlaku lagi, namun integrasi Islam ke dalam pranata sosial masyarakat Bugis masih terasa lekat. Namun sebelum mengalami Islamisasi, mereka pernah mula-mula memeluk agama Kristen Katholik yang didakwahkan oleh pedagang Portugis. Meski diduga berlatarbelakang kepentingan politis, nyatanya raja-raja di kerajaan Siang (kini Bungoro, Pangkep) dan kawasan Ajatappareng pernah dibaptis dalam tradisi Katholik. Proses peralihan kepercayaan patturioloang Bugis ke iman Kristen memang berlangsung singkat

Buku Pertama tentang Nusantara Yang Terbit di Eropa: Sejarah Makassar

Gambar
Buku Pertama tentang Nusantara Yang Terbit di Eropa: Sejarah Makassar Postingan ini merupakan terjemahan dari artikel Christian Pelras di Jurnal Archipel  Volume 54, Tahun 1997 berjudul “The First Description of South Sulawesi in French and Remarkable for Two Young Princes Makassar in France of Louis XIV” ===== Sebuah buku tipis bertajuk “Description Historique du Royaume de Macassar” atau Rincian Sejarah Kerajaan Makassar terbit di Paris, Prancis tahun 1688. Penulisnya disebutkan bernama Gervaise Nicolas dengan penerbit Grand Saint GrĂ©goir milik pustakawan Hillaire Foucault. Tampaknya buku ini cukup laris karena edisi keduanya kemudian diterbitkan oleh Erasmus Klinkius di Regensburg tahun 1700, dengan beberapa penambahan data. Setahun kemudian, edisi terjemahan berbahasa Inggris nya terbit di London, tahun 1701. Rupanya penulis yang menyukai sejarah ini juga menerbitkan buku berbeda pada tahun yang sama , kali ini dia mengulas tentang Kerajaan Siam “ Histoire Na

Bima Makassar, sebuah sejarah ikatan darah

Gambar
Bima Makassar, sebuah sejarah ikatan darah            Arus modernisasi dan demokratisasi disegala bidang kehidupan telah mempengaruhi cara pandang dan cara berpikir seluruh element masyarakat. Hubungan keakrabatan antar etnis dan bahkan hubungan darah sekalipun terpisahkan oleh tembok modernisasi dan demokrasi hari ini. Hubungan keakrabatan dan kekeluargaan yang terjalin selama kurun waktu 1625 – 1819 (194 tahun) pun terputus hingga hari ini. Hubungan kekeluargaan antara dua kesultanan besar dikawasan Timur Indonesia yaitu Kesultanan Gowa dan Kesultanan Bima terjalin sampai pada turunan yang ke- VII. Hubungan ini merupakan perkawinan silang antara Putra Mahkota Kesultanan Bima dan Putri Mahkota Kesultanan Gowa terjalin sampai turunan ke- VI. Sedangkan yang ke- VII adalah pernikahan Putri Mahkota Kesultanan Bima dan Putra Mahkota Kesultanan Gowa. Berikut urutan pernikahan dari silsilah kedua kerajaan ini : 1. Sultan Abdul Kahir (Sultan Bima I) menikah dengan Daeng Sikontu, Put

KAPAL PHINISI BUKTI KEHEBATAN PELAUT NENEK MOYANG INDONESIA

Gambar
KAPAL PHINISI BUKTI KEHEBATAN PELAUT NENEK MOYANG INDONESIA Kapal Phinisi – adalah kapal layar  tradisional khas asal Indonesia, yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan. Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang; umumnya digunakan untuk pengangkutan barang antarpulau. Pinisi adalah sebuah kapal layar yang menggunakan jenis layar sekunar dengan dua tiang dengan tujuh helai layar yang mempunyai makna bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengharungi tujuh samudera besar di dunia. Kapal Pinisi umumnya digunakan untuk pengangkutan barang antar pulau di Nusantara. Orang Bugis dan Mandar yang berasal dari Sulawesi Selatan adalah pembuat kapal sekaligus pelayar yang handal. Kapal-kapal pinisi ini telah membawa orang Bugis berlayar di kepulauan Nusantara hingga Jawa, Kalimantan, Sumatra, Papua, dan kepulauan Nu